Darurat HOAX!

20:00

Lentera Maya oleh ICT Watch
Film Lentera Maya merupakan hasil produksi dari komunitas pemerhati perkembangan teknologi komunikasi dan infomasi, yaitu ICT Watch. Film ini berbentuk dokumenter dengan tema besar pentingnya literasi digital terutama para generasi muda (digital native). Dalam film ini diperlihatkan bagaimana informasi pada zaman sekarang ini dapat mengalir dengan cepat dan bagaimana cara untuk menyikapinya informasi tersebut untuk prospek yang baik dan positif, karena disisi lain terdapat fakta bahwa lancarnya alur komunikasi sekarang ini banyak berdampak pada maraknya berita palsu serta efek sampingnya yang dapat dikatakan seperti efek domino.  


Peran Media Sosial


Dalam perkembangannya Sosial Media menjadi salah satu produk dari Internet. Internet memberikan banyak kemudahan dan pembaharuan dalam masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi, salah satunya dengan sosial media.Melalui pembahasan mengenai sosial media yang ada dalam buku Straubaar pada bab 9 mengenai Internet, Facebook yang mana salah satu produk dari sosial media meciptakan grup-grup sesuai dengan interest atau minat dari pengguna sosial media itu sendiri, mulai dari “computer geeks” sampai kepada grup yang membahas mengenai aktor poiltik.
Dalam film Lentera Maya, banyak fenomena sosial yang terjadi melalui sosial media. Salah satunya, kasus penistaan agama yang mana melibatkan Basuki Tjahaja Purnama atau yang dikenal juga dengan sebutan Ahok. Topik penistaan agama ini menyeruak dan menjadi pemberitaan yang sangat masif dan secara internsif dibicarakan hingga sekarang, hingga menimbulkan aksi yang mana menentang atas statement yang diberikan oleh Ahok tersebut. Adanya aksi tersebut juga didorong dari aktivitas Sosial Media yang mana kita juga telah melihat dari cuplikan film yang mana sender message dalam sosial media Facebook yakni Buni Yani yang menyampaikan kepada masyarakat Internet terkait pidato Ahok, yang hingga kini masih menjadi kontroversial.


Maraknya Berita Palsu


Berita palsu atau yang sering disebut dengan "HOAX" adalah berita yang sengaja dibuat untuk menipu atau mengakali pembaca berita dan dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan tertentu. Terdapat dua aspek yang dimiliki oleh media sosial yang dapat menperparah perkembangan hoax, yaitu kemudahan berbagi infomasi, dan tersamarnya jati diri pembuat berita hoax  yang menjadi perisai utama. Selain itu ada beberapa faktor yang menyebabkan hoax mampu bertahan dan berkembang adalah dapat memanipulasi emosi, memenuhi bias konfirmasi informasi, mendorong pemikiran konspirasi, efek domino berbagi infomasi dan pendapat personal, serta adanya konsep "daily me" yaitu pengguna dapat memilih infomasi sesuai dengan keinginannya sendiri dan tidak terpapar yang diluar interest personal.

Pada dasarnya pembuatan hoax hanya akan menguntungkan pihak pembuat berita, baik secara materi maupun motivasi kepentingan tertentu. Skema dari berita hoax secara garis besar di konteks keuntungan materi adalah, memancing konflik -- membuat orang tertarik -- mendapat banyak viewers -- mendapatkan kerjasama dengan iklan (komersial). Dapat dilihat dari skema tersebut bahwa keuntungan pembuat hoax didapatkan dari konflik yang mencuat dan traffic pengunjung berita. Bahkan  pada saat ini ada konsep baru yang dinamakan dengan e-hate commerce, yaitu istilah industri kebencian yang sudah dijadikan bisnis.

Contoh Berita Palsu di Indonesia
Mengingat bahwa pemberitaan online sudah menjadi bahan konsumsi sehari-hari berbagai pihak, Indonesia juga tidak luput dari pemberitaan palsu atau hoax. Salah satu contoh yang masih hangat dan menjadi perbincangan luas di Indonesia adalah kasus penistaan Agama yang dialami oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Cahya Purnama atau Ahok. Kasus ini bermula dari diunggahnya sebuah video kunjungan Ahok di kepulauan Seribu oleh akun yang dimiliki oleh Buni Yani, yang berisikan kata-kata yang menyinggung karena membawa unsur agamis. Video yang diunggah tersebut menjadi viral dan menjadi suatu permasalahan terutama bagi kaum muslim. Dari kasus ini, muncul berbagai pemberitaan palsu yang terkait, seperti munculnya foto-foto yang bersifat menjatuhkan dan memprovokasi, serta munculnya fenomena Rush Money pada 4 November 2016, yang mengajak masyarakat Indonesia menarik semua uangnya yang berada di bank BUMN maupun swasta pada 25 November 2016 akibat dari penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta . Namun, Pemerintah menyangkal adanya gerakan Rush Money tersebut dan menghimbau agar warga tidak percaya akan berita tersebut. Akibatnya, perekonomian Indonesia saat itu cukup merosot.

Solusi Menghadapi Berita Palsu

Sebetulnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangkal fake news, antara lain:
1.    Program literasi media dan berita (news and media literacy program). Program ini dilakukan untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai penggunaan media yang baik dan benar serta menyaring berbagai konten informasi yang ada sehingga tidak dengan mudah mempercayai segala hal yang ada di media. Program ini perlu digalakkan agar masyarakat tidak dengan mudah mempercayai suatu berita dan dapat dengan kritis memilah informasi.
2.    Fact checking. Ada baiknya segala informasi yang kita dapat, kembali di cek kebenarannya. Terutama jika informasi yang didapat berbau sensasional, maka perlu dilakukan pencarian dari sumber-sumber lain yang lebih terpercaya.
3.    Pembuatan algoritma. Selain edukasi pada pengguna, perlu juga dibuat suatu sistem algoritma dasar yang mampu melawan kehadiran fake news di internet. Dengan demikian, mesin dapat membantu manusia menyaring informasi yang ada.
4.    Cek foto yang tertera. Jika foto terlihat mencurigakan atau terlihat mencolok, maka perlu diperhatikan kebenaran dari berita tersebut.
5.    Cek sumber. Hal ini penting, karena jika sumber yang kita dapat tidak memiliki kredibiltas yang jelas, maka isi beritanya dapat dipertanyakan. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa media besar dapat melakukan pemalsuan informasi.
Dapat disimpulkan bahwa penyelesaian masalah fake news tidaklah mudah dan memerlukan waktu yang bertahap dalam pemberantasannya. Pemerintah maupun masyarakat perlu saling bekerja sama, dan untuk itu pembuat informasi palsu juga perlu dikenakan sangsi yang tegas agar tidak semakin merajalela.




You Might Also Like

0 comments

Instagram